MANAJEMEN KEUANGAN KELUARGA
Mengelola Keuangan Keluarga
Uang
seringkali menjadi penyebab terjadinya perceraian. Perselisihan mengenai
keuangan bisa saja terjadi disaat uang melimpah maupun disaat kekurangan uang.
Masyarakat Indonesia merasa risih bila harus membicarakan masalah keuangan
dalam keluarga. Oleh karena itu kami merasa perlu untuk terus menyerukan kepada
semua kalangan masyarakat terutama pasangan suami istri untuk belajar saling
terbuka mengenai keuangannya masing-masing. Kami sangat percaya bahwa setiap
orang memiliki pandangan mengenai uang yang berbeda-beda karena suami atau
istri dibesarkan di lingkungan yang berbeda. Kegagalan dalam membicarakan soal
uang di dalam keluarga berpotensi menimbulkan permasalahan.
Banyak
orang merasa bahwa membicarakan keuangan dalam keluarga adalah tabu. Namun
menurut hemat kami, hal ini malah seharusnya dibicarakan. Kalangan ini pernah berpikir,
Apakah dengan membiarkan persoalan keuangan dalam keluarga belarut-larut akan
menyelesaikan segalanya? Atau bisa menjadi bola salju yang terus membesar?
Persoalan kecil bisa menjadi besar bila tidak diatasi dan diselesaikan dengan
bijak. Oleh karena itu dalam hal keuangan keluarga sangat dibutuhkan sebuah
pola pengelolaan dimana masing-masing individu di dalam keluarga (suami dan
istri) memiliki hak dan kewajibannya masing-masing. Dengan pembagian tanggung
jawab serta diskusi yang mendalam dapat meringankan persoalan yang mungkin
timbul di masa depan.
Berikut
ini ada tiga tipe pengelolaan yang bisa Anda pilih sesuai dengan keinginan Anda
bersama pasangan Anda. Tentunya masih banyak lagi pola pengelolaan yang ada.
Hal terpenting disini adalah saling keterbukaan serta menjalani kehidupan
keluarga dengan tanggung jawab bersama.
1. Uang bersama dan Sistem Amplop
Penghasilan suami istri
langsung digabung bersama. Setelah itu, gabungan kedua pendapatan langsung
dialokasikan ke pos-pos pengeluaran rutin yang telah dihitung lebih dulu.
Lazimnya, setiap pos diwakili oleh satu amplop. Pos-pos pengeluaran itu, pada
beberapa keluarga, bukan saja kebutuhan rumah tangga makan minum, dan listrik
saja, tapi juga termasuk membayar kredit rumah, cicilan mobil, listrik,
telepon, uang sekolah anak, asuransi dan kebutuhan mobil (bensin, servis
berkala, kerusakan, dan lain-lain). Bahkan tabungan, pengeluaran pribadi
ayah-ibu dan liburan pun jadi amplop tersendiri. Bila ada sisa, dimasukkan ke
dalam tabungan suami atau istri, atau khusus membuka lagi account bersama di
bank untuk ”menampung” sisa amplop setiap bulannya.
2. Membagi Berdasar Persentase
Bentuk manajemen ini adalah
membagi tanggung jawab dalam bentuk jumlah atau persentase Seluruh kebutuhan
keluarga setiap bulan dihitung termasuk pos darurat dan pos tabungan.
Masing-masing sepakat menyumbang sebesar jumlah tertentu untuk menutupi
kebutuhan tersebut. Sisanya digunakan sebagai tabungan pribadi untuk kebutuhan
pribadi. Misalnya, istri membeli parfum, lipstik, atau baju. Bisa juga tanpa
menghitung kebutuhan keluarga terlebih dahulu, suami-istri memberi kontribusi
yang sama berdasarkan prosentase. Misalnya 80:20. Artinya, masing-masing
“menyetor†80 persen dari gajinya. Sisa 20 persen disimpan untuk diri
sendiri. Jika bisa berhemat, dari uang bersama yang 80 persen, bisa tersisa
untuk tabungan keluarga, di samping suami dan istri juga masing-masing punya
tabungan pribadi.
3. Membagi Tanggung Jawab
Misalnya, suami mengeluarkan
biaya untuk urusan “beratâ€, seperti membayar kredit rumah, cicilan mobil,
listrik, telepon, uang sekolah anak, kebutuhan mobil, dan asuransi. Sementara
bagian istri adalah belanja logistik bulanan, pernak-pernik rumah, jajan, dan
liburan akhir pekan dan pos tabungan. Dilihat dari jumlahnya, suami menanggung
lebih banyak dana. Tapi istri juga punya peranan dalam kontribusi dana rumah
tangga. Kalau ternyata istri yang memiliki pendapatan lebih besar, tentunya hal
ini juga bisa dilakukan sebaliknya.
Mana yang terbaik? Hal ini sangat
dipengaruhi oleh kebiasaan dan tentunya kesepakatan antara suami dan istri.
Diskusikan hal ini dengan pasangan masing-masing, agar persoalan keuangan
keluarga bukan lagi menjadi masalah dalam keluarga.
Kalau istri tidak bekerja?
Bagaimana?
Ketiga
contoh diatas merupakan pola alokasi dari pendapatan suami dan istri. Dimana
suami dan istri bekerja dan menghasilkan pendapatan secara regular setiap
bulannya. Bagaimana pula bila hanya suami atau istri yang bekerja? Sedangkan
pasangan yang lainnya tinggal di rumah?
Bila hal
ini yang menjadi pola keuangan di keluarga Anda tentunya akan sangat baik bila
Anda dan pasangan Anda membicarakan tugas serta tanggung jawab masing-masing.
Mungkin Anda sebagai suami karena bekerja yang berusaha memenuhi semua
kebutuhan keluarga. Sedangkan istri yang tinggal di rumah bertanggung jawab
dalam hal rumah tangga, mulai dari persoalan belanja regular bulanan sampai
alokasi tabungan (dari pendapatan suami) untuk berbagai macam tujuan keuangan
keluarga yang dimiliki. Dalam hal ini istri harusnya seperti manejer dalam
sebuah perusahaan.
Dengan
membagi tanggung jawab bersama, suami tidak lagi merasa lebih dibandingkan
istri. Karena kedua individu dalam keluarga tersebut memiliki tanggung jawab
masing-masing. Untuk itulah keterbukaan dan diskusi mengenai keuangan menjadi
sangat dibutuhkan.
Tiga hal penting dalam
mengelola keuangan bersama
Pertama, pembagian kerja sangatlah dibutuhkan dalam hal mengatur keuangan. Contoh
singkatnya, siapa yang membayar semua kebutuhan sehari-hari rumah tangga. Misalkan
Anda sebagai istri yang harus membayarnya maka suami dalam hal ini harus
mentransfer dana yang cukup setiap bulannya untuk memenuhi semua kebutuhan
keuangan keluarga.
Bila
Anda memutuskan untuk mendelegasikan satu orang untuk membayar semua tagihan bulanan
keluarga maka hal penting yang harus diperhatikan adalah kejujuran. Dimana Anda
berdua haruslah terbuka satu dengan yang lain berkenaan dengan permasalahan
uang. Jangan sampai bila Anda menggunakan rekening bersama dan salah satu dari
Anda mengambil dana dalam jumlah besar dan tidak mengatakan kepada pasagan
Anda. Begitu pasangan Anda membutuhkan untuk hal yang sangat penting ternyata
dan yang tersedia tidak mencukupi.
Kedua, pengeluaran yang disepakati menjadi sangat vital. Anda berdua harus
mencapai kata sepakat dalam merencanakan pengeluaran. Hal ini biasanya
berkaitan dengan pengeluaran yang tidak tetap, misalkan keputusan untuk
mengganti mobil dengan yang baru setelah beberapa tahun? Atau apa yang Anda
berdua pikirkan berkenaan dengan liburan? Sebagai kesimpulan, Anda harus
membicarakan dan bersepakat dalam kebutuhan yang harus dipenuhi, apa yang
menjadi keinginan bersama dan apa yang dapat Anda penuhi.
Ketiga, Hal terakhir yang menjadi sangat penting
adalah menabung. Dalam hal ini visi kedepan menjadi sangat penting. Dimana
dengan tujuan yang Anda dan pasangan tentukan akan memberikan motivasi serta
pemilihan strategi yang dapat membantu Anda mencapai tujuan masa depan yang
dimiliki. Dengan begitu Anda juga akan melihat pentingnya pengalokasian dana
saat ini dan dimulai saat ini juga.
yea.. just sharing..
ReplyDeletehopefully useful..
artikelnya bagus kak, jangan lupa mampir ke saya ya tentang kumpulan ilmu
ReplyDeletehttp://indonugraha.blogspot.co.id/