Nama :
Saiful Amiq
NIM/ Smt :
07.1202.0021/ IV
Mata Kuliah : Manajemen Kuangan
Dosen Pembina :
M. Iswadi M.S.I
MANAJEMEN
KEUANGAN KELUARGA
Banyak orang
beranggapan bahwa Manajemen keuangan keluarga merupakan salah satu bidang yang
rumit. Sebenarnya manajemen keuangan keluarga tidaklah rumit seperti yang
dibayangkan banyak orang, khususnya ibu-ibu yang sering di daulat sebagai
manajer keuangan keluarga. Untuk menjadi manajer keuangan keluarga yang cerdas
dan bijak, tidaklah harus menjadi seorang ahli keuangan.
Manajemen keuangan
keluarga memang membutuhkan pengetahuan dan kearifan dalam menjalankannya.
Kebanyakan orang yang merasa terintimidasi dengan masalah ini, malah
mengabaikannya. Persoalaan ini harusnya menjadi prioritas keluarga karena
banyak sekali masalah timbul karena kurang bijaknya manajer keuangan keluarga
dalam mengelola dan mengatur keuangannya. Sebagai seorang manajer keuangan
keluarga, ada beberapa aspek yang perlu ditangani yaitu:
O Membuat
dan meninjau secara perisodik prioritas keuangan keluarga.
O Mengelola pendapatan yang terbatas secara
bijak.
O Menghitung kebutuhan proteksi serta
menginvestasikan dana dalam bentuk investasi yang sesuai.
O Menentukan
sebuah rencana pensiun.
O Mempersiapkan dana pendidikan untuk
anak-anak.
O Belanja
dengan bijak.
O Mengajarkan anak-anak mengenai keuangan.
Ini merupakan hal-hal dasar yang sebaiknya dipikirkan dan direncanakan oleh
keluarga melalui seorang manajer keuangan keluarga, bisa ibu atau bapak atau
keduanya. Keuangan keluarga pasti akan dihadapi dengan berbagai hambatan baik
kecil maupun besar. Bisa jadi hambatan ini mengakibatkan krisis keuangan.
Cobalah untuk merencanakan bagaimana keluar dari masalah dan dapat terus
menjalani kehidupan keluarga secara sejahtera.
Tiga Langkah yang Dibutuhkan
Untuk dapat
menjalankan roda kehidupan keluarga secara bijak, pentingnya bagi sebuah
keluarga untuk menjalankan tiga langkah berikut ini: pertama adalah
mengidentifikasi dan menetapkan prioritas keuangan keluarga. Kedua, memikirkan
dan mengembangkan sebuah rencana pencapaian dan ketiga mengembangkan prosedur
pelaksanaan perencanaan yang telah dibuat.
1. Mengidentifikasi dan Menetapkan Prioritas
Keuangan
Menentukan prioritas keuangan secara
spesifik merupakan langkah awal dalam sebuah menajemen keuangan keluarga.
Menentukan prioritas keuangan keluarga yang sesuai dengan keinginan
masing-masing anggota keluarga membutuhkan perbincangan yang dalam. Dibutuhkan
keterbukaan serta kesepakatan anggota keluarga khususnya ibu dan bapak yang
akan membawa atau memimpin keluarga.
Tujuan keuangan keluarga harus dinyatakan
dalam nilai yang terukur serta jangka waktu pencapaiannya. Misalkan, seseorang
meneginginkan untuk dapat hidup berkecukupan di masa tua nanti. Itu merupakan
tujuan tapi belum spesifik masih dibutuhkan suatu nilai yang dapat dituju
dimasa depan, misalkan saja seseorang membutuhkan dana Rp.1 milyar untuk dapat
hidup layak di masa tua nanti. Jadi tujuan keuangan yang benar adalah pensiun
di usia 55 tahun dengan dana yang harus dimiliki adalah 1 milyar rupiah.
Satu hal yang juga penting dalam menentukan tujuan keuangan keluarga adalah
realistik. Jangan, menentukan tujuan keuangan yang tidak realistik dengan
keadaan keuangan sekarang. Jadi hal ini bukanlah sebuah impian yang tidak
mungkin dicapai seperti halnya kodok merindukan bulan. Tapi merupakan tujuan
yang secara sadar dapat di capai melalui pelaksanaan yang berkesinambungan.
Mengapa hal ini sangat penting, karena tujuan keuangan merupakan pondasi sebuah
perencanaan keuangan keluarga. Menentukan tujuan keuangan diluar kemampuan
malah akan menjadi bumerang dimasa depan. Hal ini dapat saja membuat orang
tersebut malah tidak melakukan perencanaan sama sekali.
2. Memikirkan dan Mengembangkan Sebuah
Rencana Pencapaian
Saat seseorang telah menetapkan prioritas
tujuan keuangan keluarga, maka ia memerlukan sebuah stratetgi atau perencanaan
yang harus dilakukan agar prioritas tersebut tercapai. Karena kondisi dan
situasi keuangan setiap keluarga berbeda, maka berikut ini akan di uraikan
gambaran umum seputar hal-hal yang sebaikanya dialakukan dalam melihat strategi
atau perencanaan keuangan keluarga.
a. Diperlukan sebuah anggaran belanja.
Penganggaran merupakan salah satu bagian terpenting dalam mengelola keuangan
keluarga. Dengan anggaran belanja akan membantu untuk mengenali kemungkinan
masalah-masalah yang akan timbul dalam pola pengeluaran. Dengan begitu, dapat dicari
cara-cara mengatasi masalah tersebut.
b. Miliki sebuah perencanaan menabung. Selama
ini kita mengenal pola menabung hanya dari sisa belanja bulanan. Itu merupakan
cara yang sangat kuno dan tidak efektif. Sekarang alokasi menabung itu harus
masuk sebagai pengeluaran rutin yang harus didahulukan. Karena kalau menunggu
sisa, seringkali tidak ada sisanya di akhir bulan.
c. Bijak mengambil hutang. Paling tidak ada
tiga (3) petunjuk dasar yang di butuhkan dalam mempertimbangkan pinjaman yang
akan di ambil. Pertama, Jangan pernah meminjam lebih besar dari kemampuan
keuangan. Kedua, Jangan pernah meminjam untuk kebutuhan barang-barang mewah,
seperti mobil mewah, perhiasan, bila dengan hal itu tidak dapat meminjam untuk
kebutuhan keluarga seperti, pinjaman kredit rumah atau pinjaman pribadi untuk
biaya sekolah anak. Ketiga, harus di Pastikan bahwa masih menyisakan kapasitas
dalam meminjam untuk kebutuhan-kebutuhan yang tidak terduga.
d. Alokasikan dana untuk mencapai prioritas tujuan keuangan yang dimiliki.
Setiap keluarga pasti memiliki tujuan yang berbeda. Berdasarkan prioirtas
tujuan tersebut alokasikan dana untuk menacapinya. Contoh dari tujuan keuangan
keluarga seperti menyiapkan dnaa pendidikan anak, masa pensiun dan lain-lain.
3. Mengembangkan Prosedur Pelaksanaan
Perencanaan
Bekerja sebagai sebuah tim (keluarga)
dalam menajeman keuangan keluarga dapat mengurangi atau menangkis sumber
permasalahan dan kesalahpahaman. Walaupun penetapan tujuan serta pengembangan
perencanaan telah dilakukan, kita harus memutuskan siapa yang melaksanakan
rencana atau apa yang menjadi prosedur pelaksaan perencanaan yang telah
disepakati bersama.
Dalam sebuah keluarga mungkin antara
suami-istri bisa membagi tanggung jawab. Misalkan keduanya bekerja (suami dan
istri), dapat dibagi siapa yang bertanggung jawab terhadap tagihan-tagihan yang
ada. Misalkan, istri lebih memprioritaskan untuk memenuhi anggaran belanja
bulanan. Sedangkan suami bertanggung jawab untuk biaya listrik, telp, tabungan
pendidikan, pensiun dan lain-lain.
Bila hanya suami atau istri yang bekerja,
maka suami-istri tersebut haruslah membicarakan tugas serta tanggung jawab
masing-masing. Mungkin sebagai suami karena bekerja yang berusaha memenuhi
semua kebutuhan keluarga. Sedangkan istri yang tinggal di rumah bertanggung
jawab dalam hal rumah tangga, mulai dari persoalan belanja regular bulanan
sampai alokasi tabungan (dari pendapatan suami) untuk berbagai macam tujuan
keuangan keluarga yang dimiliki. Dalam hal ini istri harusnya seperti manejer
dalam sebuah perusahaan.
Dengan membagi tanggung jawab bersama,
suami tidak lagi merasa lebih dibandingkan istri. Karena kedua individu dalam
keluarga tersebut memiliki tanggung jawab masing-masing. Untuk itulah
keterbukaan dan diskusi mengenai keuangan menjadi sangat dibutuhkan.
Yang terpenting dalam hal ini adalah
kesepakatan bersama. Maka prosedur pelaksanaan yang ditentukan adalah yang
memang sesuai dengan kondisi keluarga.
Semoga bermanfaat...
ReplyDeleteThanks infonya, menarik banget. Oiya, ngomongin keuangan keluarga, ada tips cerdas juga nih yang perlu dilakukan bareng pasangan untuk mengindari masalah finansial di kemudian hari. Cek di sini ya man teman: Tips atur keuangan dengan pasangan agar tak jadi konflik
ReplyDelete