Wednesday, April 2, 2014

Islam di Andalusia ( Spanyol / Eropa )


Disusun Oleh Agus Salim

PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Pada masa kepemimpinan Bani Ummayah perluasan daerah terus dilakukan sampai ke daratan Eropa khususnya Andalusia (Spanyol), prosesnya pun tak lepas dari andil para penguasa Bani Ummayah terutama Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Tharif dapat dikatakan sebagai perintis dan penyelidik, ia menyeberangi samudera yang menghubungkan dengan Eropa sehingga akhirnya dapat menguasai sebagian besar dataran eropa khususnya Spanyol.
Perjalanan yang begitu panjang yang dilalui oleh ummat Islam untuk menyebarkan syi’ar tauhid ke seluruh dunia terus dilakukan oleh para penguasa pada waktu itu, dengan gigihnya mereka menggalakkan kegiatan-kegiatan yang bersifat keagamaan maupun keilmuwan, sehingga Islam pada waktu itu menjadi agama sekaligus bangsa yang mempunyai tingkat peradaban yang tinggi.
Oleh karenanya, dalam kesempatan ini kami selaku penulis akan sedikit menjelaskan mengenai hal tersebut di atas dalam sebuah makalah yang kami beri judul ”Islam di Spanyol (Andalusia)”

PEMBAHASAN
A.    Perkembangan Politik
Masuknya Islam ke Andalusia tahun 711 M membuka lembaran bari bagi kemajuan peradaban Eropa dalam berbagai segi kehidupan. Sebab, pemerintahan Islam yang berkuasa selama lebih kurang  delapan abad (711-1492 M), banyak memberikan andil dalam perkembangan peradaban Islam khususnya, dan perkembangan peradaban Islam di Spanyol ada yang bersifat fisik dan ada yang bersifat non fisik. Perkembangan peradaban Islam dalam bentuk fisik seperti bangunan-bangunan kota, istana-istana, mesjid-mesjid dan sebagainya. Sedang perkembangan peradaban non fisik seperti perkembangan ilmu pengetahuan dan sebagainya.[1]
Andalusia termasuk bagian dari Spanyol dan Portugal. Andalusia dikenal sejak dikuasai Yunani, lalu Kekaisaran Romawi, kemudian Kerajaan Visigoth, hingga jatuh ke tangan Islam. Penduduk Andalusia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri atas komunitas Arab, orang Andalusia muslim, suku Berbera (umat Islam dari Afrika Utara), penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran, Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab, dan Kristen yang menentang  kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir berperan bagi terbentuknya lingkungan budaya Andalusia  yang melahirkan kebangkitan Ilmu, Sastra, dan pembangunan fisik di sana. [2]
B.     Masa Keamiran
Masa keamiran pertama kali dipegang oleh Abdurrahman I al-Dakhil. Dia adalah keturunan Bani Ummayah yang berhasil lolos dari kerajaan Bani Abbas. Para penguasa-penguasa pada masa keamiran adalah Abdurrahman al-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abdurrahman al-Ausath, Muhammad ibn Abdurrahman, Munzir ibn Muhammad dan Abdullah ibn Muhammad.[3]
Pada masa ini, ummat Islam spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan di bidang politik dan peradaban, pemikiran filsafat juga mulai masuk pada masa keamiran, terutama pada zaman Abdurrahman al Aushat. Ia mengundang paar ahli dari dunia Islam lainnya untuk datang ke Spanyol sehingga kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol semakin semarak.
Sekalipun demikian,berbagai ancaman dan kerusuhan terjadi. Pad pertengahan abad 9 stabilitas negar terganggu dengan munculnya gerakan kristen fanatik yang mencari kesyahidan (Martyrdom). Namun gereja kristen lainnya di seluruh spanyol tidak menaruh simpati pada gerakan itu, karena pemerintah Islam mengembangkan kebebasan beragama. [4]
 C.    Masa Kekhalifahan
Pemakaian kembali gelar khalifah, bermula setelah adanya pemberitaan dari Abdurrahman III mengenai kematian al-Muktadir khalifah Daulah Abbasiyyah yang dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan saat yang paling tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan bani ummayah selama 150 tahun lebih, karena itulah gelar ini dipakai mulai tahun 929 M. Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada masa ini adalah Abdurrahman al Nasir, Hakam II, dan Hisyam II walaupun masih banyak khalifah yang lain, tetapi tidak setenar ketiga penguasa tersebut.
Secara garis besar masa kekhalifahan pemerintahan di spanyol terbagi menjadi empat periode, yaitu :
1.      Periode Mulk al Thawif
Pada periode Mulk al Thawif Spanyol terpecah lebih dari tiga puluh negara kecil di bawah dibawah pemerintahan raja-raja golongan (al Mulukuth Thawaif) yang berpusat di berbagai kota seperti Sevilla, Cordova, Toledo dan sebaginya. Yang terbesar diantarnya adalah Abbadiyyah di Sevilla, pada masa ini umat Islam di spanyol kembali memasuki masa pertikaian intern. Ironisnya, jika terjadi perang saudara di antara mereka, ada sebagian dari mereka yang meminta bantuan pada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam, maka oarang-orang kristen mengambil inisiatif melakukan penyerangan terhadap Islam.[5] Meskipun keadaan politik pada masa ini tidak stabil, namun kehidupan intelaktual terus dikembangkan, banyaknya istana dan perpustakaan mendorong para sarjana dan sastrawan dapat melakukan kajian ilmu pengetahuan.
2.      Murabithun
Dinasti Murabithun mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf ibnu Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marekesy, ia masuk ke Spanyol atas undangan penguasa-penguasa Islam di sana yang telah memikul beban berat perjuangan mempertahankan negerinya dari serangan orang-orang Kristen. Ia dan tentaranya berhasil mengalahkan pasukan Castilia pada tahun 1086 M, karena perpecahan dikalangan raja-raja Muslim, Yusuf melangkah lebih maju untuk menguasai Spanyol dan ia berhasil untuk itu. Akan tetapi, penguasa-penguasa sesudahnya lemah dan akhirnya pada tahun 1143 M kekuasaan dinasti ini berakhir baik di Afrika Utara maupun di Spanyol yang kemudian digantikan oleh dinasti Muwahhidun
3.      Muwahidun
Dinasti Muwahhidun dirikan oleh Muhammad ibn Tumart, dinasti ini datang ke Spanyol dibawah pimpinan Abd al-Mun’im. Antara tahun 1114 M dan 1154 M, kota-kota Muslim penting seperti Cordova, Almeria dan Granada jatuh dibawah kekuasaannya. untuk jangka beberapa dekade, dinasti ini mengalami banyak kemajuan. Kekuatan-kekuatan kristen dapat dipukul mundur. Akan tetapi tidak lama setelah itu, Muwahhidin mengalami keambrukan.pada tauhn 1212 tentara kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa
4.      Bani Ahmar (Granada)
Pada masa ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada. Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman an-Nasir. Akan tetapi secara politik dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan yang terkhir di spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk kepada anaknya yang lain untuk menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha merampas kekuasaan, dalam pemberontakan itu ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad ibn Sa’ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdinand dan Isabella untuk menjatuhkanya.dan pada akhirnya dua penguasa Kristen ini dapat menjatuhkan penguasa yang sah dan Abdullah naik tahta.[6]
Tetapi keadaan ini dimanfaatkan oleh Isabella dan Ferdinand, keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir ummat Islam di spanyol sehingga melakukan serangan terhadap Abu Abdullah  dan akhirnya Abu Abdullah mengaku kalah kemudian menyerahkan kekuasaannya kepada Isabella dan Ferdinand.[7]
Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di spanyol pada tahun 1492 M. Ummat Islam pada saat ini di hadapkan kepada dua pilihan, masuk agama kristen atau meninggalkan Spanyol. Akhirnya pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi ummat Islam di Spanyol. 
D.    Perkembangan Peradaban Dan Intelektual
Selama 7,5 abad lebih Islam menguasai Spanyol, telah banyak prestasi yang pengaruhnya sampai ke Eropa dan dunia, sehingga membawa kemajuan yang lebih luas dan lebih besar, baik kemajuan peradaban maupun intelektual, namun secara umum kedua kemajun tersebut terdiri atas :
1.      Kemajuan Non-Fisik
            Bermacam masyarakat Islam yang terdiri dari bangsa Yahudi, Arab, Barbar, Al-Shaqolibah, Kristen Muzarab, telah memberikan sumbangan intelektual, sehingga melahirkan kebangkitan ilmiah sastra dan pembangunan fisik di Spanyol.
a.    Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran peradaban yang sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyebrangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abd al-Rahman (832-886 M).[8]
Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad Ibn al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Dilahirkan di Zaragosa,  ia pindah ke Sevilla dan Granada. Meninggal karena keracunan di Fez tahun 1138 M dalam usia yang masih muda.
Tokoh kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut tahun 1158 M. Ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.
Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibn Rusyd dari Cordova.[9]
b.      Sains
Ilmu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain. Adapun tokoh-tokohnya antara lain:
1)   Abbas Ibn Famas, tokoh ilmu kimia dan astronomi, orang pertama yang menemukan kaca dan batu
2)   Ibrahim Ibn Yahya An Naqqash, ahli ilmu astronomi dapat mengetahui kejadian gerhana matahari dan lamanya. Membuat teropong modern yang dapat mengetahui jarak antara tata surya dan bintang-bintang.
3)   Ahmad Ibn Abbas ahli obat-obatan
4)   Ummu Al Hasan binti Abi Ja’far dan saudara perempuan Al Hafida ahli kedokteran dari kalangan wanita.
5)   Ibn Jubair dari Valencia tentang negeri-negeri muslim Mediterania dan Sicilia.
c.    Fiqih
Dalam bidang fiqih: Spanyol Islam menganut Madzhab Maliki yang memperkenalkan Madzhab ini adalah Ziyad Ibn Abdurrahman. Ahli-ahli fiqih antara lain: Abu Bakar Al Qiuthiyah, Munzir Ibn Said Al Buluthi dan Ibn Hazm.[10]
d.      Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan seni suara, Islam Spanyol mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki Zaryab. Setiap kali diselenggarakan pertemuan dan jamuan. Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai pengubah lagu. Ilmu yang dimilikinya itu diturunkan kepada anak-anaknya baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.[11]
e.       Bahasa dan Sastra
Bahasa arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan pertama Islam di Spanyol, dan ini diterima oleh orang non Islam. Seiring dengan kemajuan bahasa, munculnya karya-karya sastra, seperti Al ‘Iqd al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, dll.
          2.      Kemajuan Bangunan Fisik
            Aspek-aspek pembangunan fisik yang mendapat perhatian umat Islam sangat banyak. Bidang perdagangan; dibangun jalan-jalan dan pasar. Bidang pertanian dengan sistem irigasi baru seperti dam, kanal, saluran sekunder, tersier, jembatan air. Industri; memproduksi tekstil, kayu, kulit, logam, tembikar.
Namun demikian, pembangunan-pembangunan fisik yang paling menonjol adalah pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, mesjid, pemukiman, dan taman-taman.
E.     Keruntuhan Kekuasaan Islam Di Andalusia
Banyak faktor-faktor yang menyebabkan Islam di Spanyol itu mengalami kemunduran dan kehancuran, yang mengakibatkan Islam mengalami kesulitan untuk mengembangkannya lagi. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Konflik Islam dengan Kristen
        Para penguasa muslim tidak melakukan Islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan ada mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata. Namun demikian kebangkitan Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen.
        Pada abad ke-11 M Umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran. Jika umat Islam ingin mengalami kemenangan dan kemajuan kembali dari umat Kristen maka harus beramal shalih. Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang shalih, akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, kemudian Dia (Allah) menegaskan kembali di akhir ayat bahwasanya kekuasaan kaum muslimin di muka bumi ini adalah merupakan kesempurnaan ibadah kepada Allah SWT.[12]
2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
        Kalau di tempat-tempat lain, para mukalaf diperlakukan sebagai orang Islam yang sederajat, di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang-orang Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi. Setidak-tidaknya sampai abad ke-10 M, mereka masih memberi istilah ‘Ibad dan Muwalladun kepada para mukalaf itu, suatu ungkapan yang dinilai  merendahkan. Akibatnya, kelompok-kelompok etnis non-Arab yang ada sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri tersebut. Hal ini menunjukkan tidak adanya ideologi yang dapat memberi makna persatuan, disamping kurangnya figur yang dapat menjadi personifikasi ideologi itu. Dengan kata lain Islam belum seutuhnya mampu untuk bersaudara.
3. Kesulitan Ekonomi
        Di paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan ilmu pengetahuan dengan sangat “serius”, sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan dan ekonomi yang amat memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.
4. Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan
        Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahli waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Mulk Al-Thawaif muncul.Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella, diantaranya juga disebabkan permasalahan ini. dengan tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan, maka akan lebih mudah fitnah untuk mendekati para penguasa. Bahkan bergaul dengan para penguasa akan menjauhkan seseorang dari kebaikan kecuali yang dirahmati oleh Allah.
5. Keterpencilan
        Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian, tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen disana.[13]

PENUTUP
Kesimpulan
            Islam di Spanyol sudah ada sejak masa keperintahan bani Ummayah tepatnya pada tahun 711 M, sejak Islam memasuki wilayah Andalusia banyak sekali perkembangan-perkembangan dalam bidang peradaban maupun intelektual dan dengan perkembangan-perkembangan itu pula lahir pakar-pakar ilmu pengetahuan antara lain Abu Bakar Al Qiuthiyah, Munzir Ibn Said mereka ahli dalam bidang fiqih, Abu Bakr ibn Thufail seorang ahli filsafat, Abbas Ibn Famas tokoh ilmu kimia dan astronomi. Bukan hanya dalam hal itu saja sejak kedatangan Islam ke tanah Andalusia banyak juga dibangun bangunan-bangunan umum, seperti kanal-kanal masjid, rumah sakit, perpustakaan dan bangunan umum lainnya.
            Setelah berjalan kurang lebih lima abad, keadaan politik kekuasaan Islam di andalusia makin tergoncang, sehingga pada akhirnya berakhirlah kekuasaan Islam di spanyol pada tahun 1492 M setelah khalifah Abu Abdullah menyerah kalah pada Isabella dan Ferdinand diantara faktor-faktor yang menyebabkan jatuhnya Islam di Andalusia antara lain :
1. Konflik Islam dengan Kristen
2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
3. Kesulitan Ekonomi
4. Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan
5. Keterpencilan.  Wallahu A’lam

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Siti. 2005. Sejarah Kebudayaan Islam untuk Aliyah Kelas Tiga, Amanda, Solo
Armando, Ade, dkk. 2001, Ensiklopedi Islam untuk Pelajar, PT. Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta
Yakan, Fathi, 1999, Kebangkitan Islam, PT. Grafindo Persada, Jakarta
Murodi, 2003, Sejarah Kebudayaan Islam MA Kelas Tiga, PT. Karya Toha Putra, Semarang
Yatim, Badri, 1993, Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyyah II,  PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Nasution, Harun, 1985, Islam Ditinjau dari Beberapa Aspeknya, jilid I, Cet. V, UI Press Jakarta
Fakhri, Madjid,1986, Sejarah Filsafat Islam, Pusaka Jaya ,Jakarta

[1] Drs. Murodi, MA, Sejarah Kebudayaan Islam MA Kelas Tiga, (Semarang : PT. Karya Toha Putra, 2003), hal 77
[2] Ade Armando, dkk., Ensiklopedi Islam Untuk Pelajar, (Jakarta : PT. Ichtiar Baru, 2001), hal.55
[3] Dr. Badri Yatim, M.A.  Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyyah II, (Jakarta: PT Raja Garfindo, 1993), hal. 95
[4] Ibid, hal. 96
[5] Ibid, hal. 98, sebagimana dikutip dari Bertold Spuler, The Muslim World : A Historical Survey, (Leiden : E.J. Brill, 1960), hal. 108
[6] Dr. Badri Yatim, Op.cit, hal. 100, sebagaimana dikutip dari Ahmad Syalaby, Mausu’ah Al Tarikh Al Islami Wa Al Hadharah Al Islamiyyah, Jilid 4, (Kairo : Maktabah Al Nahdhah Al Mishriyaah, 1979), hal.76
[7] Isabella dan Ferdinand merupakan raja pada dua kerajaan kristen yang berbeda, keduanya menikah lalu menyatukan kerajaan mereka sehingga menjadi suatu kerajaan yang besar yang akhirnya menjatuhkan kekuasaan Islam di Granada. Lihat Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Beberapa Aspeknya, Jilid I, Cet. V, (Jakarta : UI Press, 1985), hal.82
[8] Madjid Fakhri, Sejarah Filsafat Islam, (Jakarta : Pusaka Jaya, 1986), hal. 357
[9] Dr. Badri Yatim, M.A, Op.cit,  hal. 101-102
[10]  Siti Aisyah, S.Ag, Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah  Aliyah, (Solo : Amanda, 2005), hal. 43
[11] Dr. Badri Yatim, M.A, Op.cit, hal. 103
[12] Fathi Yakan, Kebangkitan Islam, (Jakarta : PT. Grafindo Persada, 1999), hal. 168
 [13] Dr. Badri Yatim, M.A, Op.cit, Hal.

No comments:

Post a Comment