Disusun Oleh Agus Salim
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada masa kepemimpinan Bani Ummayah perluasan daerah
terus dilakukan sampai ke daratan Eropa khususnya Andalusia (Spanyol),
prosesnya pun tak lepas dari andil para penguasa Bani Ummayah terutama Tharif
ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Tharif dapat dikatakan
sebagai perintis dan penyelidik, ia menyeberangi samudera yang menghubungkan
dengan Eropa sehingga akhirnya dapat menguasai sebagian besar dataran eropa
khususnya Spanyol.
Perjalanan
yang begitu panjang yang dilalui oleh ummat Islam untuk menyebarkan syi’ar
tauhid ke seluruh dunia terus dilakukan oleh para penguasa pada waktu itu,
dengan gigihnya mereka menggalakkan kegiatan-kegiatan yang bersifat keagamaan
maupun keilmuwan, sehingga Islam pada waktu itu menjadi agama sekaligus bangsa
yang mempunyai tingkat peradaban yang tinggi.
Oleh
karenanya, dalam kesempatan ini kami selaku penulis akan sedikit menjelaskan
mengenai hal tersebut di atas dalam sebuah makalah yang kami beri judul ”Islam
di Spanyol (Andalusia)”
PEMBAHASAN
A. Perkembangan
Politik
Masuknya Islam
ke Andalusia tahun 711 M membuka lembaran bari bagi kemajuan peradaban Eropa
dalam berbagai segi kehidupan. Sebab, pemerintahan Islam yang berkuasa selama
lebih kurang delapan abad (711-1492 M),
banyak memberikan andil dalam perkembangan peradaban Islam khususnya, dan
perkembangan peradaban Islam di Spanyol ada yang bersifat fisik dan ada yang
bersifat non fisik. Perkembangan peradaban Islam dalam bentuk fisik seperti
bangunan-bangunan kota, istana-istana, mesjid-mesjid dan sebagainya. Sedang
perkembangan peradaban non fisik seperti perkembangan ilmu pengetahuan dan
sebagainya.[1]
Andalusia
termasuk bagian dari Spanyol dan Portugal. Andalusia dikenal sejak dikuasai
Yunani, lalu Kekaisaran Romawi, kemudian Kerajaan Visigoth, hingga jatuh ke
tangan Islam. Penduduk Andalusia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri atas
komunitas Arab, orang Andalusia muslim, suku Berbera (umat Islam dari Afrika
Utara), penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan
Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran,
Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab, dan Kristen yang menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali
yang terakhir berperan bagi terbentuknya lingkungan budaya Andalusia yang melahirkan kebangkitan Ilmu, Sastra, dan
pembangunan fisik di sana. [2]
B. Masa
Keamiran
Masa keamiran pertama kali dipegang oleh Abdurrahman I
al-Dakhil. Dia adalah keturunan Bani Ummayah yang berhasil lolos dari kerajaan Bani
Abbas. Para penguasa-penguasa pada masa keamiran adalah Abdurrahman al-Dakhil,
Hisyam I, Hakam I, Abdurrahman al-Ausath, Muhammad ibn Abdurrahman, Munzir ibn
Muhammad dan Abdullah ibn Muhammad.[3]
Pada masa ini, ummat Islam spanyol mulai memperoleh
kemajuan-kemajuan di bidang politik dan peradaban, pemikiran filsafat juga
mulai masuk pada masa keamiran, terutama pada zaman Abdurrahman al Aushat. Ia
mengundang paar ahli dari dunia Islam lainnya untuk datang ke Spanyol sehingga
kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol semakin semarak.
Sekalipun demikian,berbagai ancaman dan kerusuhan
terjadi. Pad pertengahan abad 9 stabilitas negar terganggu dengan munculnya
gerakan kristen fanatik yang mencari kesyahidan (Martyrdom). Namun
gereja kristen lainnya di seluruh spanyol tidak menaruh simpati pada gerakan
itu, karena pemerintah Islam mengembangkan kebebasan beragama. [4]
C. Masa
Kekhalifahan
Pemakaian kembali gelar khalifah, bermula setelah
adanya pemberitaan dari Abdurrahman III mengenai kematian al-Muktadir khalifah
Daulah Abbasiyyah yang dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Ia berpendapat bahwa
saat ini merupakan saat yang paling tepat untuk memakai gelar khalifah yang
telah hilang dari kekuasaan bani ummayah selama 150 tahun lebih, karena itulah
gelar ini dipakai mulai tahun 929 M. Khalifah-khalifah besar yang memerintah
pada masa ini adalah Abdurrahman al Nasir, Hakam II, dan Hisyam II walaupun
masih banyak khalifah yang lain, tetapi tidak setenar ketiga penguasa tersebut.
Secara garis besar masa kekhalifahan pemerintahan di
spanyol terbagi menjadi empat periode, yaitu :
1.
Periode Mulk al Thawif
Pada periode Mulk al Thawif Spanyol terpecah lebih
dari tiga puluh negara kecil di bawah dibawah pemerintahan raja-raja golongan (al
Mulukuth Thawaif) yang berpusat di berbagai kota seperti Sevilla, Cordova,
Toledo dan sebaginya. Yang terbesar diantarnya adalah Abbadiyyah di Sevilla,
pada masa ini umat Islam di spanyol kembali memasuki masa pertikaian intern.
Ironisnya, jika terjadi perang saudara di antara mereka, ada sebagian dari mereka
yang meminta bantuan pada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan
yang menimpa keadaan politik Islam, maka oarang-orang kristen mengambil
inisiatif melakukan penyerangan terhadap Islam.[5]
Meskipun keadaan politik pada masa ini tidak stabil, namun kehidupan
intelaktual terus dikembangkan, banyaknya istana dan perpustakaan mendorong
para sarjana dan sastrawan dapat melakukan kajian ilmu pengetahuan.
2.
Murabithun
Dinasti Murabithun mulanya adalah sebuah gerakan agama
yang didirikan oleh Yusuf ibnu Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia
berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marekesy, ia masuk ke
Spanyol atas undangan penguasa-penguasa Islam di sana yang telah memikul beban
berat perjuangan mempertahankan negerinya dari serangan orang-orang Kristen. Ia
dan tentaranya berhasil mengalahkan pasukan Castilia pada tahun 1086 M, karena
perpecahan dikalangan raja-raja Muslim, Yusuf melangkah lebih maju untuk
menguasai Spanyol dan ia berhasil untuk itu. Akan tetapi, penguasa-penguasa sesudahnya
lemah dan akhirnya pada tahun 1143 M kekuasaan dinasti ini berakhir baik di
Afrika Utara maupun di Spanyol yang kemudian digantikan oleh dinasti Muwahhidun
3.
Muwahidun
Dinasti Muwahhidun dirikan oleh Muhammad ibn Tumart,
dinasti ini datang ke Spanyol dibawah pimpinan Abd al-Mun’im. Antara tahun 1114
M dan 1154 M, kota-kota Muslim penting seperti Cordova, Almeria dan Granada
jatuh dibawah kekuasaannya. untuk jangka beberapa dekade, dinasti ini mengalami
banyak kemajuan. Kekuatan-kekuatan kristen dapat dipukul mundur. Akan tetapi
tidak lama setelah itu, Muwahhidin mengalami keambrukan.pada tauhn 1212 tentara
kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa
4.
Bani Ahmar (Granada)
Pada masa ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada.
Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman an-Nasir.
Akan tetapi secara politik dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil.
Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan yang terkhir di spanyol ini berakhir
karena perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan. Abu
Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk kepada
anaknya yang lain untuk menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha merampas
kekuasaan, dalam pemberontakan itu ayahnya terbunuh dan digantikan oleh
Muhammad ibn Sa’ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdinand dan
Isabella untuk menjatuhkanya.dan pada akhirnya dua penguasa Kristen ini dapat
menjatuhkan penguasa yang sah dan Abdullah naik tahta.[6]
Tetapi keadaan ini dimanfaatkan oleh Isabella dan
Ferdinand, keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir ummat Islam di spanyol
sehingga melakukan serangan terhadap Abu Abdullah dan akhirnya Abu Abdullah mengaku kalah
kemudian menyerahkan kekuasaannya kepada Isabella dan Ferdinand.[7]
Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di spanyol
pada tahun 1492 M. Ummat Islam pada saat ini di hadapkan kepada dua pilihan,
masuk agama kristen atau meninggalkan Spanyol. Akhirnya pada tahun 1609 M,
boleh dikatakan tidak ada lagi ummat Islam di Spanyol.
D. Perkembangan
Peradaban Dan Intelektual
Selama 7,5 abad lebih Islam menguasai Spanyol, telah banyak prestasi yang
pengaruhnya sampai ke Eropa dan dunia, sehingga membawa kemajuan yang lebih
luas dan lebih besar, baik kemajuan peradaban maupun intelektual, namun secara
umum kedua kemajun tersebut terdiri atas :
1.
Kemajuan
Non-Fisik
Bermacam masyarakat Islam yang
terdiri dari bangsa Yahudi, Arab, Barbar, Al-Shaqolibah, Kristen Muzarab, telah
memberikan sumbangan intelektual, sehingga melahirkan kebangkitan ilmiah sastra
dan pembangunan fisik di Spanyol.
a. Filsafat
Islam
di Spanyol telah mencatat satu lembaran peradaban yang sangat brilian dalam
bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyebrangan yang dilalui
ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. minat terhadap filsafat
dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M selama pemerintahan
penguasa Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abd al-Rahman (832-886 M).[8]
Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr
Muhammad Ibn al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Dilahirkan di
Zaragosa, ia pindah ke Sevilla dan
Granada. Meninggal karena keracunan di Fez tahun 1138 M dalam usia yang masih
muda.
Tokoh kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah
dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut tahun 1158 M.
Ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya
yang sangat terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.
Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut
Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibn Rusyd
dari Cordova.[9]
b. Sains
Ilmu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain.
Adapun tokoh-tokohnya antara lain:
1) Abbas
Ibn Famas, tokoh ilmu kimia dan astronomi, orang pertama yang menemukan kaca
dan batu
2) Ibrahim
Ibn Yahya An Naqqash, ahli ilmu astronomi dapat mengetahui kejadian gerhana
matahari dan lamanya. Membuat teropong modern yang dapat mengetahui jarak
antara tata surya dan bintang-bintang.
3) Ahmad
Ibn Abbas ahli obat-obatan
4) Ummu Al
Hasan binti Abi Ja’far dan saudara perempuan Al Hafida ahli kedokteran dari
kalangan wanita.
5) Ibn
Jubair dari Valencia tentang negeri-negeri muslim Mediterania dan Sicilia.
c. Fiqih
Dalam bidang fiqih: Spanyol Islam menganut Madzhab Maliki
yang memperkenalkan Madzhab ini adalah Ziyad Ibn Abdurrahman. Ahli-ahli fiqih
antara lain: Abu Bakar Al Qiuthiyah, Munzir Ibn Said Al Buluthi dan Ibn Hazm.[10]
d. Musik
dan Kesenian
Dalam bidang musik dan seni suara, Islam Spanyol mencapai kecemerlangan
dengan tokohnya al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki Zaryab. Setiap kali
diselenggarakan pertemuan dan jamuan. Zaryab selalu tampil mempertunjukkan
kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai pengubah lagu. Ilmu yang dimilikinya itu
diturunkan kepada anak-anaknya baik pria maupun wanita, dan juga kepada
budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.[11]
e. Bahasa
dan Sastra
Bahasa arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan pertama
Islam di Spanyol, dan ini diterima oleh orang non Islam. Seiring dengan
kemajuan bahasa, munculnya karya-karya sastra, seperti Al ‘Iqd al-Farid karya
Ibn Abd Rabbih, dll.
2.
Kemajuan
Bangunan Fisik
Aspek-aspek
pembangunan fisik yang mendapat perhatian umat Islam sangat banyak. Bidang
perdagangan; dibangun jalan-jalan dan pasar. Bidang pertanian dengan sistem
irigasi baru seperti dam, kanal, saluran sekunder, tersier, jembatan air.
Industri; memproduksi tekstil, kayu, kulit, logam, tembikar.
Namun demikian, pembangunan-pembangunan fisik yang
paling menonjol adalah pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota,
istana, mesjid, pemukiman, dan taman-taman.
E.
Keruntuhan Kekuasaan Islam Di Andalusia
Banyak faktor-faktor yang menyebabkan Islam di Spanyol
itu mengalami kemunduran dan kehancuran, yang mengakibatkan Islam mengalami
kesulitan untuk mengembangkannya lagi. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Konflik Islam dengan Kristen
Para penguasa muslim tidak melakukan
Islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti
dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan
hukum dan ada mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada
perlawanan bersenjata. Namun demikian kebangkitan Arab Islam telah memperkuat
rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan
negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam
dan Kristen.
Pada abad ke-11 M Umat Kristen
memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.
Jika umat Islam ingin mengalami kemenangan dan kemajuan kembali dari umat
Kristen maka harus beramal shalih. Allah telah berjanji kepada orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal-amal yang shalih, akan menjadikan mereka berkuasa
dimuka bumi, kemudian Dia (Allah) menegaskan kembali di akhir ayat bahwasanya
kekuasaan kaum muslimin di muka bumi ini adalah merupakan kesempurnaan ibadah
kepada Allah SWT.[12]
2.
Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Kalau di tempat-tempat lain, para
mukalaf diperlakukan sebagai orang Islam yang sederajat, di Spanyol,
sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang-orang Arab
tidak pernah menerima orang-orang pribumi. Setidak-tidaknya sampai abad ke-10
M, mereka masih memberi istilah ‘Ibad dan Muwalladun kepada para mukalaf itu,
suatu ungkapan yang dinilai merendahkan.
Akibatnya, kelompok-kelompok etnis non-Arab yang ada sering menggerogoti dan
merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap sejarah
sosio-ekonomi negeri tersebut. Hal ini menunjukkan tidak adanya ideologi yang
dapat memberi makna persatuan, disamping kurangnya figur yang dapat menjadi
personifikasi ideologi itu. Dengan kata lain Islam belum seutuhnya mampu untuk
bersaudara.
3. Kesulitan
Ekonomi
Di paruh kedua
masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan ilmu pengetahuan dengan
sangat “serius”, sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnya timbul
kesulitan dan ekonomi yang amat memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik
dan militer.
4. Tidak
jelasnya sistem peralihan kekuasaan
Hal ini
menyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahli waris. Bahkan, karena inilah
kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Mulk Al-Thawaif muncul.Granada yang merupakan
pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan
Isabella, diantaranya juga disebabkan permasalahan ini. dengan tidak jelasnya
sistem peralihan kekuasaan, maka akan lebih mudah fitnah untuk mendekati para
penguasa. Bahkan bergaul dengan para penguasa akan menjauhkan seseorang dari
kebaikan kecuali yang dirahmati oleh Allah.
5. Keterpencilan
Spanyol Islam
bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian,
tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian, tidak ada
kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen disana.[13]
PENUTUP
Kesimpulan
Islam di Spanyol sudah ada sejak masa keperintahan bani
Ummayah tepatnya pada tahun 711 M, sejak Islam memasuki wilayah Andalusia
banyak sekali perkembangan-perkembangan dalam bidang peradaban maupun
intelektual dan dengan perkembangan-perkembangan itu pula lahir pakar-pakar
ilmu pengetahuan antara lain Abu Bakar Al Qiuthiyah, Munzir Ibn Said mereka
ahli dalam bidang fiqih, Abu Bakr ibn Thufail seorang ahli filsafat, Abbas Ibn
Famas tokoh ilmu kimia dan astronomi. Bukan hanya dalam hal itu saja sejak
kedatangan Islam ke tanah Andalusia banyak juga dibangun bangunan-bangunan
umum, seperti kanal-kanal masjid, rumah sakit, perpustakaan dan bangunan umum
lainnya.
Setelah berjalan kurang lebih lima abad, keadaan politik
kekuasaan Islam di andalusia makin tergoncang, sehingga pada akhirnya
berakhirlah kekuasaan Islam di spanyol pada tahun 1492 M setelah khalifah Abu
Abdullah menyerah kalah pada Isabella dan Ferdinand diantara faktor-faktor yang
menyebabkan jatuhnya Islam di Andalusia antara lain :
1.
Konflik Islam dengan Kristen
2.
Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
3. Kesulitan Ekonomi
4. Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan
5.
Keterpencilan. Wallahu A’lam
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah,
Siti. 2005. Sejarah Kebudayaan Islam untuk Aliyah Kelas Tiga, Amanda,
Solo
Armando,
Ade, dkk. 2001, Ensiklopedi Islam untuk Pelajar, PT. Ichtiar Baru van
Hoeve, Jakarta
Yakan, Fathi, 1999, Kebangkitan Islam, PT.
Grafindo Persada, Jakarta
Murodi, 2003, Sejarah Kebudayaan Islam MA
Kelas Tiga, PT. Karya Toha Putra, Semarang
Yatim,
Badri, 1993, Sejarah Peradaban Islam : Dirasah
Islamiyyah II, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Nasution,
Harun, 1985, Islam Ditinjau dari Beberapa Aspeknya, jilid I, Cet. V, UI
Press Jakarta
Fakhri,
Madjid,1986, Sejarah Filsafat Islam, Pusaka Jaya ,Jakarta
[1] Drs. Murodi, MA, Sejarah Kebudayaan Islam MA Kelas
Tiga, (Semarang : PT. Karya Toha Putra, 2003), hal 77
[2] Ade Armando, dkk., Ensiklopedi Islam Untuk Pelajar,
(Jakarta : PT. Ichtiar Baru, 2001), hal.55
[3] Dr. Badri Yatim, M.A.
Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyyah II, (Jakarta:
PT Raja Garfindo, 1993), hal. 95
[4] Ibid,
hal. 96
[5] Ibid,
hal. 98, sebagimana dikutip dari Bertold Spuler, The Muslim World : A
Historical Survey, (Leiden : E.J. Brill, 1960), hal. 108
[6] Dr. Badri Yatim, Op.cit, hal. 100, sebagaimana
dikutip dari Ahmad Syalaby, Mausu’ah Al Tarikh Al Islami Wa Al Hadharah Al
Islamiyyah, Jilid 4, (Kairo : Maktabah Al Nahdhah Al Mishriyaah, 1979),
hal.76
[7] Isabella dan Ferdinand merupakan raja pada dua
kerajaan kristen yang berbeda, keduanya menikah lalu menyatukan kerajaan mereka
sehingga menjadi suatu kerajaan yang besar yang akhirnya menjatuhkan kekuasaan
Islam di Granada. Lihat Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Beberapa
Aspeknya, Jilid I, Cet. V, (Jakarta : UI Press, 1985), hal.82
[8] Madjid Fakhri, Sejarah Filsafat Islam, (Jakarta
: Pusaka Jaya, 1986), hal. 357
[9] Dr. Badri Yatim, M.A, Op.cit, hal. 101-102
[10] Siti Aisyah,
S.Ag, Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Aliyah, (Solo : Amanda, 2005), hal. 43
[11] Dr. Badri Yatim, M.A, Op.cit, hal. 103
[12] Fathi Yakan, Kebangkitan Islam, (Jakarta : PT.
Grafindo Persada, 1999), hal. 168
No comments:
Post a Comment