L O G I K A
OLEH :
NAMA :
FAISAL FAHMI
NPM
: 11.11.107.63201.0014
FAKULTAS ILMU
SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS WIDYA
GAMA
SAMARINDA
Logika, Penalaran dan Analisis Definisi
Pengertian Logika
Logika merupakan cabang filsafat yang bersifat
praktis berpangkal pada penalaran, dan sekaligus juga sebagai dasar filsafat
dan sebagai sarana ilmu. Dengan fungsi sebagai dasar filsafat dan sarana ilmu
karena logika merupakan “jembatan penghubung” antara filsafat dan ilmu, yang
secara terminologis logika didefinisikan: Teori tentang penyimpulan yang sah.
Penyimpulan pada dasarnya bertitik tolak dari suatu pangkal-pikir tertentu,
yang kemudian ditarik suatu kesimpulan. Penyimpulan yang sah, artinya sesuai
dengan pertimbangan akal dan runtut sehingga dapat dilacak kembali yang
sekaligus juga benar, yang berarti dituntut kebenaran bentuk sesuai dengan isi.
Logika sebagai teori penyimpulan, berlandaskan
pada suatu konsep yang dinyatakan dalam bentuk kata atau istilah, dan dapat
diungkapkan dalam bentuk himpunan sehingga setiap konsep mempunyai himpunan,
mempunyai keluasan. Dengan dasar himpunan karena semua unsur penalaran dalam
logika pembuktiannya menggunakan diagram himpunan, dan ini merupakan pembuktian
secara formal jika diungkapkan dengan diagram himpunan sah dan tepat karena sah
dan tepat pula penalaran tersebut.
Berdasarkan proses penalarannya dan juga sifat
kesimpulan yang dihasilkannya, logika dibedakan antara logika deduktif dan
logika induktif. Logika deduktif adalah sistem penalaran yang menelaah
prinsip-prinsip penyimpulan yang sah berdasarkan bentuknya serta kesimpulan
yang dihasilkan sebagai kemestian diturunkan dari pangkal pikirnya. Dalam
logika ini yang terutama ditelaah adalah bentuk dari kerjanya akal jika telah
runtut dan sesuai dengan pertimbangan akal yang dapat dibuktikan tidak ada
kesimpulan lain karena proses penyimpulannya adalah tepat dan sah. Logika
deduktif karena berbicara tentang hubungan bentuk-bentuk pernyataan saja yang
utama terlepas isi apa yang diuraikan karena logika deduktif disebut pula
logika formal.
Logika induktif adalah sistem penalaran yang
menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah dari sejumlah hal khusus sampai
pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi. Logika ini sering disebut
juga logika material, yaitu berusaha menemukan prinsip-prinsip penalaran yang
bergantung kesesuaiannya dengan kenyataan, oleh karena itu kesimpulannya
hanyalah keboleh-jadian, dalam arti selama kesimpulannya itu tidak ada bukti
yang menyangkalnya maka kesimpulan itu benar, dan tidak dapat dikatakan pasti.
Bahasa Logika
Bahasa merupakan pernyataan pikiran atau
perasaan sebagai alat komunikasi manusia. Dan khusus alat komunikasi ilmiah
disebut dengan bahasa ilmiah, yaitu kalimat berita yang merupakan suatu
pernyataan-pernyataan atau pendapat-pendapat. Bahasa sangat penting juga dalam
pembentukan penalaran ilmiah karena penalaran ilmiah mempelajari bagaimana
caranya mengadakan uraian yang tepat dan sesuai dengan pembuktian-pembuktian
secara benar dan jelas. Bahasa secara umum dibedakan antara bahasa alami dan
bahasa buatan.
Bahasa alami ialah bahasa sehari-hari yang
biasa digunakan untuk menyatakan sesuatu, yang tumbuh atas dasar pengaruh alam
sekelilingnya, dibedakan antara bahasa isyarat dan bahasa biasa. Bahasa buatan
ialah bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
akal pikiran untuk maksud tertentu, yang dibedakan antara bahasa istilahi dan
bahasa artifisial. Bahasa buatan inilah yang dimaksudkan bahasa ilmiah,
dirumuskan bahasa buatan yang diciptakan oleh para ahli dalam bidangnya dengan
menggunakan istilah-istilah atau lambang-lambang untuk mewakili
pengertian-pengertian tertentu.
Sebagai pernyataan pikiran atau perasaan dan juga sebagai alat
komunikasi manusia karena bahasa mempunyai 3 fungsi pokok, yakni fungsi
ekspresif atau emotif, fungsi afektif atau praktis, dan fungsi simbolik dan
logik. Khusus untuk logika dan juga untuk bahasa ilmiah yang harus diperhatikan
adalah fungsi simbolik karena komunikasi ilmiah bertujuan untuk menyampaikan
informasi yang berupa pengetahuan. Agar komunikasi ilmiah ini berjalan dengan
baik maka bahasa yang dipergunakan harus logik terbebas dari unsur-unsur
emotif.
Bahasa yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan atau kalimat deklaratif
jika ditinjau berdasarkan isinya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
pernyataan analitik dan pernyataan sintetik.
Pernyataan (statement) dalam logika ditinjau dari segi bentuk hubungan
makna yang dikandungnya, pernyataan itu disamakan juga dengan proposisi.
Proposisi atau pernyataan berdasarkan bentuk isinya dibedakan antara 3 macam,
yakni proposisi tunggal, proposisi kategorik, dan proposisi majemuk.
Tiga macam proposisi atau pernyataan di atas
yang sebagai dasar penalaran adalah proposisi kategorik untuk penalaran
kategorik, dan proposisi majemuk untuk penalaran majemuk. Adapun proposisi
tunggal atau proposisi simpel pengolahannya dapat masuk dalam penalaran
kategorik dan dapat juga masuk dalam penalaran majemuk.
Sejarah Perkembangan Logika
Logika pertama-tama disusun oleh Aristoteles
(384-322 SM), sebagai sebuah ilmu tentang hukum-hukum berpikir guna memelihara
jalan pikiran dari setiap kekeliruan. Logika sebagai ilmu baru pada waktu itu,
disebut dengan nama “analitika” dan “dialektika”. Kumpulan karya tulis
Aristoteles mengenai logika diberi nama Organon, terdiri atas enam bagian.
Theoprastus (371-287 sM), memberi sumbangan terbesar dalam logika ialah
penafsirannya tentang pengertian yang mungkin dan juga tentang sebuah sifat
asasi dari setiap kesimpulan. Kemudian, Porphyrius (233-306 M), seorang ahli
pikir di Iskandariah menambahkan satu bagian baru dalam pelajaran logika. Bagian
baru ini disebut Eisagoge, yakni sebagai pengantar Categorie. Dalam bagian baru
ini dibahas lingkungan-lingkungan zat dan lingkungan-lingkungan sifat di dalam
alam, yang biasa disebut dengan klasifikasi. Dengan demikian, logika menjadi
tujuh bagian.
Tokoh logika pada zaman Islam adalah Al-Farabi (873-950 M) yang
terkenal mahir dalam bahasa Grik Tua, menyalin seluruh karya tulis Aristoteles
dalam berbagai bidang ilmu dan karya tulis ahli-ahli pikir Grik lainnya.
Al-Farabi menyalin dan memberi komentar atas tujuh bagian logika dan
menambahkan satu bagian baru sehingga menjadi delapan bagian.
Karya Aristoteles tentang logika dalam buku Organon dikenal di dunia
Barat selengkapnya ialah sesudah berlangsung penyalinan-penyalinan yang sangat
luas dari sekian banyak ahli pikir Islam ke dalam bahasa Latin.
Penyalinan-penyalinan yang luas itu membukakan masa dunia Barat kembali akan
alam pikiran Grik Tua.
Petrus Hispanus (meninggal 1277 M) menyusun pelajaran logika berbentuk
sajak, seperti All-Akhdari dalam dunia Islam, dan bukunya itu menjadi buku
dasar bagi pelajaran logika sampai abad ke-17. Petrus Hispanus inilah yang
mula-mula mempergunakan berbagai nama untuk sistem penyimpulan yang sah dalam
perkaitan bentuk silogisme kategorik dalam sebuah sajak. Dan kumpulan sajak
Petrus Hispanus mengenai logika ini bernama Summulae.
Francis Bacon (1561-1626 M) melancarkan serangan sengketa terhadap
logika dan menganjurkan penggunaan sistem induksi secara lebih luas. Serangan
Bacon terhadap logika ini memperoleh sambutan hangat dari berbagai kalangan di
Barat, kemudian perhatian lebih ditujukan kepada penggunaan sistem induksi.
Pembaruan logika di Barat berikutnya disusul oleh lain-lain penulis di
antaranya adalah Gottfried Wilhem von Leibniz. Ia menganjurkan penggantian pernyataan-pernyataan
dengan simbol-simbol agar lebih umum sifatnya dan lebih mudah melakukan
analisis. Demikian juga Leonard Euler, seorang ahli matematika dan logika Swiss
melakukan pembahasan tentang term-term dengan menggunakan lingkaran-lingkaran
untuk melukiskan hubungan antarterm yang terkenal dengan sebutan circle-Euler.
John Stuart Mill pada tahun 1843 mempertemukan sistem induksi dengan
sistem deduksi. Setiap pangkal-pikir besar di dalam deduksi memerlukan induksi
dan sebaliknya induksi memerlukan deduksi bagi penyusunan pikiran mengenai
hasil-hasil eksperimen dan penyelidikan. Jadi, kedua-duanya bukan merupakan
bagian-bagian yang saling terpisah, tetapi sebetulnya saling membantu. Mill
sendiri merumuskan metode-metode bagi sistem induksi, terkenal dengan sebutan
Four Methods.
Logika Formal sesudah masa Mill lahirlah sekian banyak buku-buku baru
dan ulasan-ulasan baru tentang logika. Dan sejak pertengahan abad ke-19 mulai
lahir satu cabang baru yang disebut dengan Logika-Simbolik. Pelopor logika simbolik
pada dasarnya sudah dimulai oleh Leibniz.
Logika simbolik pertama dikembangkan oleh George Boole dan Augustus de
Morgan. Boole secara sistematik dengan memakai simbol-simbol yang cukup luas
dan metode analisis menurut matematika, dan Augustus De Morgan (1806-1871)
merupakan seorang ahli matematika Inggris memberikan sumbangan besar kepada
logika simbolik dengan pemikirannya tentang relasi dan negasi.
Tokoh logika simbolik yang lain ialah John Venn (1834-1923), ia
berusaha menyempurnakan analisis logik dari Boole dengan merancang diagram
lingkaran-lingkaran yang kini terkenal sebagai diagram Venn (Venn’s diagram)
untuk menggambarkan hubungan-hubungan dan memeriksa sahnya penyimpulan dari
silogisme. Untuk melukiskan hubungan merangkum atau menyisihkan di antara
subjek dan predikat yang masing-masing dianggap sebagai himpunan.
Perkembangan logika simbolik mencapai puncaknya pada awal abad ke-20
dengan terbitnya 3 jilid karya tulis dua filsuf besar dari Inggris Alfred North
Whitehead dan Bertrand Arthur William Russell berjudul Principia Mathematica
(1910-1913) dengan jumlah 1992 halaman. Karya tulis Russell-Whitehead Principia
Mathematica memberikan dorongan yang besar bagi pertumbuhan logika simbolik.
Di Indonesia pada mulanya logika tidak pernah menjadi mata pelajaran
pada perguruan-perguruan umum. Pelajaran logika cuma dijumpai pada
pesantren-pesantren Islam dan perguruan-perguruan Islam dengan mempergunakan
buku-buku berbahasa Arab. Pada masa
sekarang ini logika di Indonesia sudah mulai berkembang sesuai
perkembangan logika pada umumnya yang mendasarkan pada perkembangan teori
himpunan.
Akal manusia apabila menangkap sesuatu terwujud dengan membuat konsep
atau ide atau juga pengertian. Dengan demikian, buah atau hasil dari tangkapan
akal disebut dengan istilah “konsep”. Jadi ide dan konsep dalam logika adalah
sama artinya. Konsep atau ide atau juga pengertian adalah bersifat kerohanian
dan dapat diungkapkan ke dalam bentuk kata atau istilah atau juga beberapa
kata. Ungkapan pengertian dalam bentuk kata atau istilah disebut dengan “term”.
Term sebagai
ungkapan konsep jika terdiri atas satu kata atau satu istilah maka term itu
dinamakan term sederhana atau term simpel, dan jika terdiri atas beberapa kata
maka term itu dinamakan term komposit atau term kompleks. Dan kata sebagai
suatu simbol untuk menyatakan konsep dibedakan antara dua macam, yaitu kata
kategorimatis dan kata sinkategorimatis.
Setiap term
mempunyai konotasi atau isi. Konotasi adalah keseluruhan arti yang dimaksudkan
oleh suatu term, yaitu kesatuan antara unsur dasar atau term yang lebih luas
dengan sifat pembeda yang bersama-sama membentuk suatu pengertian. Konotasi
secara singkat dapat dinyatakan merupakan suatu uraian tentang pembatasan arti
atau definisi sehingga konotasi term adalah suatu definisi karena menunjukkan
genus (jenis) dengan sifat pembeda.
Setiap term
mempunyai denotasi atau lingkungan. Denotasi adalah keseluruhan hal yang
ditunjuk oleh term atau keseluruhan hal sejauh mana term itu dapat diterapkan.
Denotasi atau lingkungan atau sering juga disebut dengan luas, adalah mencakup
semua hal yang dapat ditunjuk atau lingkungan yang dimaksudkan oleh term.
Denotasi term ini menunjukkan adanya suatu
himpunan karena sejumlah hal-hal yang ditunjuk itu menjadi satu kesatuan dengan
ciri tertentu (sifat-sifat tertentu). Jadi, dengan adanya sifat-sifat yang
diuraikan oleh konotasi (isi term) maka dapatlah dihimpun beberapa hal tertentu
menjadi satu kesatuan. Dan dengan menunjukkan beberapa hal maka denotasi
berhubungan dengan kuantitas.
Konotasi dan
denotasi term, mempunyai hubungan yang erat tidak dapat terlepaskan, berbentuk
hubungan berbalikan (dasar balik) jika yang satu bertambah maka yang lain akan
berkurang, demikian sebaliknya. Dalam hal ini terdapat 4 kemungkinan sebagai
berikut.
(1) Makin
bertambah konotasi makin berkurang denotasi.
(2) Makin
berkurang konotasi makin bertambah denotasi.
(3) Makin
bertambah denotasi makin berkurang konotasi.
Berbagai Macam Term
Term maupun konsep
banyak sekali macam-macamnya demikian juga pembagiannya. Berbagai macam
dikelompokkan atas 4 macam, yakni pembagian term menurut konotasinya, pembagian
term menurut denotasinya, pembagian menurut cara beradanya sesuatu, dan
pembagian menurut cara menerangkan sesuatu.
Berdasarkan konotasi, term dibedakan atas term
konkret dan term abstrak. Di samping itu keduanya ada yang berada dalam
lingkungan hakikat, dan ada yang berada dalam lingkungan sifat.
2.
Hakikat abstrak: menyatakan suatu kualitas yang
tidak bereksistensi atau tidak ada dalam ruang dan waktu.
3.
Sifat konkret: yaitu menunjuk pen-”sifatan”-nya
suatu kenyataan yang berkualitas dan bereksistensi.
4.
Sifat abstrak: yaitu menyatakan pensifatan yang
terlepas dari eksistensi atau tidak ada dalam ruang dan waktu.
Term umum
dibedakan atas 2 macam sebagai berikut.
(1) Universal,
yaitu sifat umum yang berlaku di dalamnya tidak terbatas oleh ruang dan waktu.
(2) Kolektif, yaitu sifat umum yang berlaku di dalamnya menunjuk suatu kelompok
tertentu sebagai kesatuan.
Term khusus juga dibedakan atas dua macam
sebagai berikut.
(1)
Partikular, yaitu sifat khusus yang berlaku hanya menunjuk sebagian tidak tertentu.
(2) Singular, yaitu sifat khusus hanya
menunjuk pada satu hal atau suatu himpunan yang
mempunyai
hanya satu anggota.
Predikamen yang dimaksudkan ialah cara
beradanya sesuatu. Term yang paling luas adalah term “ada” atau term “yang
ada”. Term “ada” selanjutnya dibagi dalam 2 macam, yaitu ada yang tidak
terbatas dan ada yang terbatas. Sesuatu yang ada (ada terbatas) pasti ada unsur
hakikat dan unsur sifat atau menurut filsafat dinyatakan secara singkat terdiri
atas substansi dan aksidensia. Substansi adalah hakikat sesuatu yang adanya
terdapat di dalam diri sendiri sebagai pendukung sifat-sifat. Aksidensia
merupakan kumpulan sifat zat, yang ada sembilan sifat, yaitu kuantitas,
kualitas, aksi, pasi, relasi, ruang, waktu, posisi, keadaan.
Predikabel yang dimaksudkan ialah cara menerangkan sesuatu. Term
ditinjau cara menjelaskan dibedakan menjadi 5 macam, yaitu :
1. genus
2. spesies
3. diferensia
4. propium, dan
5. aksiden.
Genus ialah himpunan golongan-golongan menunjukkan
hakikat yang berbeda bentuk tetapi terpadu oleh persamaan sifat.
Spesies ialah himpunan sesuatu yang menunjukkan
hakikat bersamaan bentuk maupun sifatnya sehingga dapat memisahkan dari
lain-lain golongan.
Diferensia ialah sifat pembeda yang menunjukkan hakikat
suatu golongan sehingga terwujud kelompok diri.
Propium ialah sifat khusus sebagai predikat yang
niscaya terlekat pada hakikat sesuatu diri sehingga dimiliki oleh seluruh
anggota golongan.
Aksiaden ialah sifat kebetulan sebagai predikat yang
tidak bertalian dengan hakikat sesuatu diri sehingga tidak dimiliki oleh
seluruh anggota golongan.
Dengan dasar lima predikabel tersebut dalam
menjelaskan sesuatu, apa yang dijelaskan tempatkan sebagai spesies, kemudian mencari
hubungan genus dan diferensianya, dan jika tidak mendapatkan dicari hubungan
genus dengan propiumnya, dan jangan menggunakan hubungan genus dengan aksiden.
Prinsip-prinsip Penalaran
Prinsip-prinsip penalaran atau aksioma
penalaran merupakan dasar semua penalaran yang terdiri atas tiga prinsip yang
kemudian di tambah satu sebagai pelengkap. Aksioma atau prinsip dasar dapat
didefinisikan: suatu pernyataan mengandung kebenaran universal yang
kebenarannya itu sudah terbukti dengan sendirinya. Prinsip-prinsip penalaran
yang dimaksudkan adalah: prinsip identitas, prinsip nonkontradiksi, dan prinsip
eksklusi tertii, dan sebagai tambahan pelengkap prinsip identitas adalah
prinsip cukup alasan.
Prinsip identitas menyatakan: “sesuatu hal
adalah sama dengan halnya sendiri”. Sesuatu yang disebut p maka sama dengan p
yang dinyatakan itu sendiri bukan yang lain. Dalam suatu penalaran jika sesuatu
hal diartikan sesuatu p tertentu maka selama penalaran itu masih berlangsung
tidak boleh diartikan selain p, harus tetap sama dengan arti yang
diberikan semula atau konsisten. Prinsip identitas menuntut sifat yang
konsisten dalam suatu penalaran jika suatu himpunan beranggotakan sesuatu maka
sampai kapan pun tetap himpunan tersebut beranggotakan sesuatu tersebut.
Prinsip nonkontradiksi menyatakan: “sesuatu
tidak mungkin merupakan hal tertentu dan bukan hal tertentu dalam suatu
kesatuan”, Prinsip ini menyatakan juga bahwa dua sifat yang berlawanan penuh
(secara mutlak) tidak mungkin ada pada suatu benda dalam waktu dan tempat yang
sama. Dalam penalaran himpunan prinsip nonkontradiksi sangat penting, yang
dinyatakan bahwa sesuatu hal hanyalah menjadi anggota himpunan tertentu atau
bukan anggota himpunan tersebut, tidak dapat menjadi anggota 2 himpunan yang
berlawanan penuh. Prinsip nonkontradiksi memperkuat prinsip identitas, yaitu
dalam sifat yang konsisten tidak ada kontradiksi di dalamnya.
Prinsip eksklusi tertii menyatakan bahwa
“sesuatu jika dinyatakan sebagai hal tertentu atau bukan hal tertentu maka
tidak ada kemungkinan ketiga yang merupakan jalan tengah”. Prinsip eksklusi
tertii menyatakan juga bahwa dua sifat yang berlawanan penuh (secara mutlak)
tidak mungkin kedua-duanya dimiliki oleh suatu benda, mestilah hanya salah satu
yang dapat dimilikinya sifat p atau non p. Demikian juga dalam penalaran
himpunan dinyatakan bahwa di antara 2 himpunan yang berbalikan tidak ada
sesuatu anggota berada di antaranya, tidak mungkin ada sesuatu di antara
himpunan H dan himpunan non H sekaligus. Prinsip ketiga ini memperkuat prinsip
identitas dan prinsip nonkontradiksi, yaitu dalam sifat yang konsisten tidak
ada kontradiksi di dalamnya, dan jika ada kontradiksi maka tidak ada sesuatu di
antaranya sehingga hanyalah salah satu yang diterima.
Prinsip cukup alasan menyatakan: “suatu perubahan
yang terjadi pada sesuatu hal tertentu mestilah berdasarkan alasan yang cukup,
tidak mungkin tiba-tiba berubah tanpa sebab-sebab yang mencukupi”. Prinsip
cukup alasan ini dinyatakan sebagai tambahan bagi prinsip identitas karena
secara tidak langsung menyatakan bahwa sesuatu benda mestilah tetap tidak
berubah, tetap sebagaimana benda itu sendiri jika terjadi suatu perubahan maka
perubahan itu mestilah ada sesuatu yang mendahuluinya sebagai penyebab
perubahan itu.
ANALISIS DAN DEFINISI
Analisis atau Pembagian
Analisis merupakan proses mengurai sesuatu hal
menjadi berbagai unsur yang terpisah untuk memahami sifat, hubungan, dan
peranan masing-masing unsur. Analisis secara umum sering juga disebut dengan
pembagian. Dalam logika, analisis atau pembagian berarti pemecah-belahan atau
penguraian secara jelas berbeda ke bagian-bagian dari suatu keseluruhan. Bagian
dan keseluruhan selalu berhubungan. Suatu keseluruhan adalah terdiri atas
bagian-bagian. Oleh karena itu, dapat diuraikan.
Keseluruhan pada umumnya dibedakan atas
keseluruhan logik dan keseluruhan realis. Keseluruhan logik merupakan
keseluruhan yang dapat menjadi predikat masing-masing bagiannya, sedang
keseluruhan realis merupakan keseluruhan yang tidak dapat dijadikan predikat
masing-masing bagiannya. Jika keseluruhan dibedakan antara keseluruhan logik
dan keseluruhan realis maka analisis dibedakan juga antara analisis logik dan
analisis realis.
Analisis logik
adalah pemecah-belahan sesuatu ke bagian-bagian yang membentuk keseluruhan atas
dasar prinsip tertentu. Analisis logik selalu merupakan pembagian suatu
himpunan ke dalam subhimpunan, yang dibedakan atas analisis universal dan
analisis dikotomi. Analisis universal merupakan pemerincian suatu genus dibagi
ke dalam semua spesiesnya atau pemecah-belahan term umum ke term-term khusus
yang menyusunnya. Analisis dikotomi merupakan pemecah-belahan sesuatu dibedakan
menjadi dua kelompok yang saling terpisah, yang satu merupakan term positif
yang lain term negatif.
Analisis realis
adalah pemecah-belahan berdasarkan atas susunan benda yang merupakan kesatuan
dalam perwujudannya. Analisis realis dibedakan menjadi atas analisis esensial
dan analisis aksidental. Analisis esensial merupakan pemecah-belahan sesuatu
hal ke unsur dasar yang menyusunnya. Analisis aksidental merupakan
pemecah-belahan sesuatu hal berdasarkan sifat-sifat yang menyertai
perwujudannya.
Dalam analisis ada aturan-aturan tertentu yang
menjadi petunjuk untuk mengadakan analisis secara ideal supaya hasilnya tidak
menimbulkan kesalahan, yaitu analisis harus berjalan menurut sebuah asas
tertentu, analisis harus lengkap dan tuntas, analisis harus jelas terpisah
antarbagiannya.
Klasifikasi merupakan proses pengelompokan
sifat, hubungan, maupun peranan masing-masing unsur yang terpisah dalam suatu
keseluruhan untuk memahami sesuatu konsep universal. Klasifikasi bergerak dari
barang-barang, kejadian-kejadian, fakta-fakta atau proses-proses alam kodrat
individual yang beraneka ragam coraknya, menuju ke arah keseluruhan yang
sistematik dan bersifat umum.
Perbedaan antara klasifikasi dan analisis adalah sebagai berikut:
Analisis lebih erat hubungannya dengan proses yang semata-mata bersifat formal,
sedang klasifikasi lebih bersifat empirik serta induktif.
Pembedaan klasifikasi didasarkan atas sifat
bahan-bahan yang akan digolong-golongkan disebut dengan klasifikasi kodrati,
dan maksud yang dikandung oleh orang yang mengadakan penggolongan disebut
dengan klasifikasi buatan, dan juga klasifikasi gabungan antara keduanya yang
disebut dengan klasifikasi perantara atau klasifikasi diagnostik.
Klasifikasi kodrati ditentukan oleh susunan
kodrati, sifat-sifat dan atribut-atribut yang dapat ditemukan dari bahan-bahan
yang tengah diselidiki. Klasifikasi buatan ditentukan oleh sesuatu maksud yang
praktis dari seseorang, seperti untuk mempermudah penanganannya dan untuk
menghemat waktu serta tenaga. Klasifikasi diagnostik merupakan gabungan yang tidak
sepenuhnya kodrati dan juga tidak sepenuhnya buatan.
Hukum-hukum klasifikasi atau penggolongan yang
sama intinya dengan hukum-hukum analisis dapat ditentukan sebagai berikut:
Klasifikasi atau penggolongan harus hanya ada satu asas tertentu. Suatu klasifikasi
atau penggolongan harus sampai tuntas dan jelas. Unsur-unsur sebagai bagian
untuk menyusun konsep universal harus jelas terpisah satu dengan yang lain
Definisi atau Penjelasan
Definisi merupakan unsur atau bagian dari ilmu
pengetahuan yang merumuskan dengan singkat dan tepat mengenai objek atau
masalah. Definisi sangat penting bagi seseorang yang menginginkan sanggup
berpikir dengan baik. Pernyataan sebagai suatu bentuk definisi harus terdiri
atas dua bagian, yaitu definiendum dan definiens, dua bagian ini harus ada jika
tidak bukanlah suatu definisi. Definisi atau batasan arti banyak macamnya, yang
disesuaikan dengan berbagai langkah, lingkungan, sifat, dan tujuannya. Secara
garis besar definisi dibedakan atas tiga macam, yakni definisi nominalis,
definisi realis, dan definisi praktis.
Definisi nominalis ialah menjelaskan sebuah
kata dengan kata lain yang lebih umum dimengerti. Jadi, sekadar menjelaskan
kata sebagai tanda, bukan menjelaskan hal yang ditandai. Definisi nominalis
terutama dipakai pada permulaan sesuatu pembicaraan atau diskusi. Definisi
nominalis ada 6 macam, yaitu
1. Definisi sinonim
2. Definisi simbolik
3. Definisi
etimologik
4. Definisi semantik
5. Definisi
stipulatif, dan
6. Definisi
denotatif.
Dalam membuat definisi nominalis ada 3 syarat yang
perlu diperhatikan, yaitu: jika sesuatu kata hanya mempunyai sesuatu arti
tertentu harus selalu diikuti menurut arti dan pengertiannya yang sangat biasa,
jangan menggunakan kata untuk mendefinisikan jika tidak tahu artinya secara
tepat jika arti sesuatu istilah menjadi objek pembicaraan maka harus tetap
diakui oleh kedua pihak yang berdebat.
Definisi realis ialah penjelasan tentang hal
yang ditandai oleh sesuatu istilah. Jadi, bukan sekadar menjelaskan istilah,
tetapi menjelaskan isi yang dikandung oleh suatu istilah. Definisi realis ada 2
macam sebagai berikut.
1.
Definisi Esensial. Definisi esensial, yakni
penjelasan dengan cara menguraikan bagian-bagian dasar yang menyusun sesuatu
hal, yang dapat dibedakan antrra definisi analitik dan definisi konotatif.
Definisi analitik, yakni penjelasan dengan cara menunjukkan bagian-bagian
sesuatu benda yang mewujudkan esensinya. Definisi konotatif, yakni penjelasan
dengan cara menunjukkan isi dari suatu term yang terdiri atas genus dan
diferensia.
2.
Definisi Deskriptif. Definisi deskriptif, yakni
penjelasan dengan cara menunjukkan sifat-sifat yang dimiliki oleh hal yang
didefinisikan yang dibedakan atas dua hal, definisi aksidental dan definisi
kausal. Definisi aksidental, yakni penjelasan dengan cara menunjukkan jenis
dari halnya dengan sifat-sifat khusus yang menyertai hal tersebut, Definisi
kausal, yakni penjelasan dengan cara menyatakan bagaimana sesuatu hal terjadi
atau terwujud. Hal ini berarti juga memaparkan asal mula atau perkembangan dari
hal-hal yang ditunjuk oleh suatu term.
Definisi praktis ialah penjelasan tentang
sesuatu hal ditinjau dari segi kegunaan atau tujuan, yang dibedakan atas 3
macam, definisi operasional, definisi fungsional, dan definisi persuasif.
Definisi operasional, yakni penjelasan suatu term dengan cara menegaskan
langkah-langkah pengujian khusus yang harus dilaksanakan atau dengan metode
pengukuran serta menunjukkan bagaimana hasil yang dapat diamati. Definisi
fungsional, yakni penjelasan sesuatu hal dengan cara menunjukkan kegunaan atau
tujuannya. Definisi persuasif, yakni penjelasan dengan cara merumuskan suatu
pernyataan yang dapat mempengaruhi orang lain. Definisi persuasif pada
hakikatnya merupakan alat untuk membujuk atau teknik untuk menganjurkan
dilakukannya perbuatan tertentu.
Dalam merumuskan definisi ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan
supaya definisi yang dirumuskan itu baik dan betul-betul mengungkapkan
pengertian yang didefinisikan secara jelas dan mudah dimengerti. Syarat-syarat
definisi secara umum dan sederhana ada lima syarat, definisi harus menyatakan
ciri-ciri hakiki dari apa yang didefinisikan, definisi harus merupakan suatu
kesetaraan arti hal yang didefinisikan dengan yang untuk mendefinisikan,
definisi harus menghindarkan pernyataan yang memuat istilah yang didefinisikan,
definisi sedapat mungkin harus dinyatakan dalam bentuk rumusan yang positif,
definisi harus dinyatakan secara singkat dan jelas terlepas dari rumusan yang
kabur atau bahasa kiasan.
Pembagian Materi Logika
Logika Formal dan Logika Material adalah salah satu
model dari pembagian Logika.
1.
Formal di sini dimaksud sebagai suatu pengertian yang
mengacu pada bentuk baku yang telah ditetapkan untuk suatu hal berdasarkan
kaidah-kaidah logika.Sedangkan
2.
Material, ini dimengerti sebagai isi dari suatu
hal yang dapat dibuktikan atau dapat diverifikasi (diuji) kesahihannya
berdasarkan pada kenyataannya di dunia.
PEMBAGIAN LOGIKA
1.
Logika dapat di sistematisasikan menjadi beberapa
golongan, tergantung dari mana kita meninjaunya. Dilihat dari segi kualitasnya,
mantiq/ logika dapat dibedakan menjadi logika naturalis (mantiq al-fitri) yaitu
kecakapan berlogika berdasarkan kemampuan akal bawaan manusia. Akal manusia
yang normal dapat bekerja secara spontan sesuai hukum-hukum logika dasar.
Bagaimanapun rendahnya inteligensi seseorang ia dapat membedakan bahwa sesuatu
itu adalah berbeda dengan sesuatu yang lain, dan bahwa kedua kenyataan yang
bertentangan tidaklah sama. Kemampuan berlogika naturalis pada tiap-tiap orang
berbeda-beda tergantung dari tingkatan pengetahuannya. Kita dapati para ahli
pidato, politikus dan mereka yang terbiasa bertukar pikiran dengan mengutarakan
jalan pemikiran dengan logis, meskipun barangkali mereka belum pernah membuka
buku logika sekalipun. Tetapi dalam menghadapi menghadapi masalah yang rumit
dan dalam berfikir, manusia banyak dipengaruhi oleh kecendrungan pribadi di
samping bahwa pengetahuan manusia terbatas mengakibatkan tidak mungkin
terhindar dari kesalahan. Untuk mengatasi kenyataan yang tidak dapat di
tanggulangi oleh mantiq al-fitri, manusia menyusun hukum-hukum patokan-patokan,
rumus-rumus berfikir lurus. Logika ini di sebut logika ARTIFISIALIS atau logika
ILMIAH (mantiq as-suri) yang bertugas membantu mantiq al-fitri,mantiq ini
memperhalus, mempertajam serta menunjukan jalan pemikiran agar akal dapat
bekerja lebih teliti, efisien, mudah dan aman. Mantiq inilah yang menjadi
pembahasan kita .
Dilihat dari metodenya dapat di bedakan atas logika tradisional (mantiq al-zadim) dan logika modern (mantiq al-hadis).
logika tradisional adalah logika aristoteles, dan logika dari pada logikus yang lebih kemudian, tetapi masih mengikuti sistem logka aristoteles. Para logikus sesudah aristoteles tidak membuat perubahan atau mencipta sistem baru dalam logika kecuali hanya membuat komentar yang menjadikan logika aristoteles lebih elegant dengan sekedar mengadakan perbaikan-perbaikan dan membuang hal-hal yang tidak penting dari logika aristoteles. Logika modern tumbuh dan mulai pada abad XIII.
Pemikiran yang benar dapat di bedakan menjadi dua bentuk yang berbeda secara radikal yakni cara berfikir dari umum ke khusus dan cara berfikir dari khusus ke umum. Cara pertama disebut berfikir deduktif dipergunakan dalam logika formal yang mempelajari dasar-dasar persesuaian(tidak adanya pertentangan) dalam pemikiran dengan menggunakan hukum-hukum, rumus-rumus ,patokan-patokan befikir benar. Cara berfikir induktif di pergunakan dalam logika mateial, yang mempelajari dasar-dasar persesuaian pikiran dengan kenyataan. Ia menilai hasil pekerjaan logik formal dan menguji benar tidak nya dengan kenyataan empiris. Cabang logika formal di sebut juga logika minor, logika material di sebut logika mayor.
Dilihat dari metodenya dapat di bedakan atas logika tradisional (mantiq al-zadim) dan logika modern (mantiq al-hadis).
logika tradisional adalah logika aristoteles, dan logika dari pada logikus yang lebih kemudian, tetapi masih mengikuti sistem logka aristoteles. Para logikus sesudah aristoteles tidak membuat perubahan atau mencipta sistem baru dalam logika kecuali hanya membuat komentar yang menjadikan logika aristoteles lebih elegant dengan sekedar mengadakan perbaikan-perbaikan dan membuang hal-hal yang tidak penting dari logika aristoteles. Logika modern tumbuh dan mulai pada abad XIII.
Pemikiran yang benar dapat di bedakan menjadi dua bentuk yang berbeda secara radikal yakni cara berfikir dari umum ke khusus dan cara berfikir dari khusus ke umum. Cara pertama disebut berfikir deduktif dipergunakan dalam logika formal yang mempelajari dasar-dasar persesuaian(tidak adanya pertentangan) dalam pemikiran dengan menggunakan hukum-hukum, rumus-rumus ,patokan-patokan befikir benar. Cara berfikir induktif di pergunakan dalam logika mateial, yang mempelajari dasar-dasar persesuaian pikiran dengan kenyataan. Ia menilai hasil pekerjaan logik formal dan menguji benar tidak nya dengan kenyataan empiris. Cabang logika formal di sebut juga logika minor, logika material di sebut logika mayor.
3.
Pemikiran
ASAS-ASAS PEMIKIRAN LOGIKA
Dalam aktivitas
berfikir kita tidak boleh melalaikan patokan pokok yang oleh logika disebut
asas berfikir .
Asas sebagaimana kita ketahui adalah pangkal atau asal dari mana sesuatu itu muncul dan di mengerti. Maka “asas pemikiran” adalah pengetahuan dimana pengetahuan lain muncul dan di mengerti. Kapasitas asas ini bagi kelurusan berfikir adalah mutlak, dan salah benar nya suatu pemikiran tergantung terlaksana tidaknya asas-asas ini. Ia adalah dasar daripada pengetahuan dan ilmu. Asas pemikiran ini dapat di bedakan menjadi :
Asas sebagaimana kita ketahui adalah pangkal atau asal dari mana sesuatu itu muncul dan di mengerti. Maka “asas pemikiran” adalah pengetahuan dimana pengetahuan lain muncul dan di mengerti. Kapasitas asas ini bagi kelurusan berfikir adalah mutlak, dan salah benar nya suatu pemikiran tergantung terlaksana tidaknya asas-asas ini. Ia adalah dasar daripada pengetahuan dan ilmu. Asas pemikiran ini dapat di bedakan menjadi :
1.asas identitas (principium identitatis =qanun zatiyah).
Ia adalah dasar dari semua pemikiran dan bahkan asas pemikiran yang lain. Kita tidak mungkin dapat berfikir tanpa asas ini. Prinsip ini mengatakan bahwa sesuatu itu adalah dia sendiri bukan lainnya. Jika kita mengakui bahwa sesuatu itu Z maka ia adalah Z dan bukan A,B atau C. Bila kita beri perumusan akan berbunyi :”bila proposisi itu benar maka benarlah ia”.
Ia adalah dasar dari semua pemikiran dan bahkan asas pemikiran yang lain. Kita tidak mungkin dapat berfikir tanpa asas ini. Prinsip ini mengatakan bahwa sesuatu itu adalah dia sendiri bukan lainnya. Jika kita mengakui bahwa sesuatu itu Z maka ia adalah Z dan bukan A,B atau C. Bila kita beri perumusan akan berbunyi :”bila proposisi itu benar maka benarlah ia”.
2. asas kontradiksi (principium contradictoris = qanun tanaqud).
Prinsip ini mengatakan bahwa pengingkaran sesuatu tidak mungkin sama dengan pengakuannya. Jika kita mengakui bahwa sesuatu itu bukan A maka tidak mungkin pada saat itu ia adalah A, sebab realitas ini hanya satu sebagaimana di sebut oleh asas identitas. Dengan kata lain: dua kenyataan yang kontradiktoris tidak mungkin bersama-sama secara simultan. Jika kita hendak rumuskan, akan berbunyi: “tidak ada proposisi yang sekaligus benar atau salah”.
Prinsip ini mengatakan bahwa pengingkaran sesuatu tidak mungkin sama dengan pengakuannya. Jika kita mengakui bahwa sesuatu itu bukan A maka tidak mungkin pada saat itu ia adalah A, sebab realitas ini hanya satu sebagaimana di sebut oleh asas identitas. Dengan kata lain: dua kenyataan yang kontradiktoris tidak mungkin bersama-sama secara simultan. Jika kita hendak rumuskan, akan berbunyi: “tidak ada proposisi yang sekaligus benar atau salah”.
3. asas penolakan kemungkinan ketiga (principium exclusi tertii =qanun imtina).
Asas ini mengatakan bahwa antara pengakuan dan pengingkaran kebenarannya terletak pada salah satunya. Pengakuan dan pengingkaran merupakan pertentangan mutlak, karena itu disamping tidak mungkin benar keduanya juga tidak mungkin salah keduanya. Mengapa tidak mungkin salah kedunya ??
Bila pernyataan dalam bentuk positifnya salah berarti ia memungkiri realitasnya, atau dengan kata lain realitas ini bertentangan dengan pernyataannya. Dengan begitu maka penyataan berbentuk ingkarlah yang benar, karena inilah yang sesuai dengan realitas. Juga sebalik nya, jika pernnyataan ingkarnya salah berarti ia mengingkari realitasnya. Pernyataan kontradiktoris kebenarannya terdapat pada salah satunya (tidak memerlukan ketiga). Jika kita rumuskan, akan berbunyi “suatu proposisi selalu dalam keadaan benar atau salah”.
Asas ini mengatakan bahwa antara pengakuan dan pengingkaran kebenarannya terletak pada salah satunya. Pengakuan dan pengingkaran merupakan pertentangan mutlak, karena itu disamping tidak mungkin benar keduanya juga tidak mungkin salah keduanya. Mengapa tidak mungkin salah kedunya ??
Bila pernyataan dalam bentuk positifnya salah berarti ia memungkiri realitasnya, atau dengan kata lain realitas ini bertentangan dengan pernyataannya. Dengan begitu maka penyataan berbentuk ingkarlah yang benar, karena inilah yang sesuai dengan realitas. Juga sebalik nya, jika pernnyataan ingkarnya salah berarti ia mengingkari realitasnya. Pernyataan kontradiktoris kebenarannya terdapat pada salah satunya (tidak memerlukan ketiga). Jika kita rumuskan, akan berbunyi “suatu proposisi selalu dalam keadaan benar atau salah”.
Ada 2 Cara berfikir yang dapat kita gunakan
untuk mendapatkan pengetahuuan baru yang benar ,yaitu melalui metode induksi
dan metode deduksi .
Ø
induksi
adalah cara befikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus
kasus yang bersifat individual. Penalaran ini dimulai dari kenyataan-kenyataan
yang bersifat khusus dan terbatas di akhiri dengan pernyataan yang bersifat
umum.
Seperti :
Seperti :
Besi
dipanaskan memuai
Seng dipanaskan memuai
Emas dipanaskan memuai
Timah dipanaskan memuai
Platina dipanaskan memuai
Seng dipanaskan memuai
Emas dipanaskan memuai
Timah dipanaskan memuai
Platina dipanaskan memuai
JADI : semua logam jika di panaskan akan memuai.
Cara penalaran ini mempunyai 2 keuntungan .
1. kita dapat dapat beffikir
secara ekonomis . meskipun eksperimen qta terbatas pad beberapa individual, kita bisa mendapatkan pengetahuan
yang lebih umum tidak sekedar kasus yang menjadi dasar pemikiran kita . Untuk
mendapatkan pengetahuan bahwa: semua logam memuai bila di panaskan, kita tidak
usah membuat penyelidikan terhadap setiap logam, tetapi cukup sebagian dari
padanya.
2. Pernyataan yang dihasilkan
melalui Cara berfikir induksi tadi memungkinkan proses penalaran selanjutnaya,
baik secara induktif. Secara induktif kita dapat menyimpulkan pernyataan tadi
kepada penyataan yang lebih umum lagi. Melnjutkan contoh tadi dari pernyataan
“semua logam jika di panaskan memuai”, dapat di tarik kesimpulan bahwa semua
benda memuai bila dipanaskan.
Ø
Deduksi
adalah kegiatan berfikir merupakan kebalikan dari penalaran induksi .deduksi
adalah cara berfikir dari pernyataan yang bersifat umum, menuju kesimpulan yang
bersifat khusus.
Seperti :
semua logam bila dipanaskan, memuai
tembaga adalah logam
jadi tembaga bila dipanaskan memuai .
Seperti :
semua logam bila dipanaskan, memuai
tembaga adalah logam
jadi tembaga bila dipanaskan memuai .
dengan
penalaran induktif qta mendapat pengetahan bahw semua logam bila dipanaskan
memuai. Dengan penalaran deduktif qta mendapat pengetahuan yang tepercaya,
bahwa tembaga bila dipanaskan memuai, meskipun pengetahuan ini kita dapatkan
tidak melalui penelitian lebih dahulu. Inilah keuntungan cara berfikir
deduktif. Jadi antara penalaran induksi dan deduksi mempunyai hubungan sangat
erat. Mula-mula orang menggunakan penalaran induktif untuk mendapatkan
pernyataan yang bersifat umum. Pernyataan umum ini menjadi dasar pemikiran deduksi.
Dengan deduksi kita dapat mengetahui pengetahuan baru yang di cakup oleh
pernyataan induktifnya.
4 Hubungan
Hubungan Ilmu Logika Dengan
Ilmu-Ilmu Lainnya.
Perbedaan pendapat terjadi
dikalangan ilmu logika baik muslim ataupun nonmuslim dan memposisikan ilmu logika. Ada
yangmengatakan sebagai ilmu tersendiri, dan ada pula yang mengatakansebagai ilmu alat. Artinya, ilmu yang digunakan
dan dipersiapkanuntuk ilmu-ilmu lainnya. Semacam pisau, yang dibuat
dengan tujuansebagai alat memotong. Tetapi,
adajuga yang memadukankeduanya, yaitu dari satu segi sebagai ilmu
tersendiri(mustaqil) dandari segi lain sebagai ilmu alat.Pada hakekatnya pikiran ketiga inilah yang benar.
Sebab tidakdilihat dari segi pembahasannya – lodika – mengenai aturan-aturanumum
berpikir; disisni pembahasannya tersendiri. Namun, dilihat dari segi kegunaan ilmu logikasebagai alat guna
menarikkesimpulan-kesimpulan Universal bagi setiap ilmu, maka ia sebagai
ilmu alat.Kesimpulannya, disamping logika sebagai ilmu tersendiri, ia jugasebagai alat ilmu-ilmu yang lain. Hal inilah yang
ingin diterngkanoleh para ahli ilmu logika muslim, termasuk Al-Farabi
dan Ibnu Sina,sehingga dalam beberapa
karangan mereka, di yang satu dengan yang
lainnya berbeda dalam mendefinisikan logika, yakni disatu tempat mengatakan sebagai ilmu sendiri,ditempat yang
lain mengatakan sebagai ilmu alat.
Explisik & Inflisik
Definisi
efektivitas eksplisit dan implisit
Definisi eksplisit:
gamblang, tegas, terus terang, tidak berbelit-belit (sehingga orang dapat menangkap maksudnya dengan mudah dan tidak mempunyai gambaran yang kabur atau salah mengenai berita, keputusan, pidato, dsb); tersurat.
eksplisit : makna/maksud diajukan secara langsung dan jelas
implisit : makna/maksud diajukan tidak secara langsung dan sembunyi2
contohnya :
saya ingin km memberi bintang pd jawaban aq
aq bilang : bintangin jawaban aq pliz (eksplisit)
jawaban lainnya gak pantas dibintangin (implisit)
Makna eksplisit adalah makna absolut yang langsung diacu oleh bahasa. Konsep makna ini bersifat denotatif (sebenarnya) sebagai representasi dari bahasa kognitif.
Sedangkan makna implisit adalah makna universal yang disembunyikan oleh bahasa.Konsep makna ini bersifat konotatif (kias) sebagai representasi dari bahasa emotif. Makna eksplisit mengacu pada informasi, sedangkan makna implisit mengacu pada emosi.
gamblang, tegas, terus terang, tidak berbelit-belit (sehingga orang dapat menangkap maksudnya dengan mudah dan tidak mempunyai gambaran yang kabur atau salah mengenai berita, keputusan, pidato, dsb); tersurat.
eksplisit : makna/maksud diajukan secara langsung dan jelas
implisit : makna/maksud diajukan tidak secara langsung dan sembunyi2
contohnya :
saya ingin km memberi bintang pd jawaban aq
aq bilang : bintangin jawaban aq pliz (eksplisit)
jawaban lainnya gak pantas dibintangin (implisit)
Makna eksplisit adalah makna absolut yang langsung diacu oleh bahasa. Konsep makna ini bersifat denotatif (sebenarnya) sebagai representasi dari bahasa kognitif.
Sedangkan makna implisit adalah makna universal yang disembunyikan oleh bahasa.Konsep makna ini bersifat konotatif (kias) sebagai representasi dari bahasa emotif. Makna eksplisit mengacu pada informasi, sedangkan makna implisit mengacu pada emosi.
No comments:
Post a Comment